Jumat, 20 Februari 2009

Perbaikan genetik untuk ketahanan kekeringan

Pemuliaan untuk mendapatkan tanaman yang tahan terhadap kekeringan semakin berkembang baik melalui induksi mutasi dan keragaman somaklonal atau dengan transformasi. Akhir-akhir ini telah dikembangkan teknik transformasi antara lain menggunakan gene TPSI yang diambil dari yeast mengkodekan Thehalosa-6-Phospat Sintetase atau menggunakan P5CS yang mengkodekan Pyroline 5-Carboxylase Syntetase, masing-masing menghasilkan trehalose dan prolin yang berperan sebagai "osmotic adjusment'. Teknik kultur in vitro dikombinasikan dengan induksi mutasi terutama dengan iradiasi sinar gamma terbukti dapat mempercepat program pemuliaan karena dapat menimbulkan keragaman genetik selin itu genotipe yang didapatkan dapat dimultiplikasi untuk diperbanyak secara cepat.Teknik ini dapat diaplikasikan baik pada tanaman yang menghasilkan benih atau yang diperbanyak secara vegetatif, terutama pada tanaman yang menyerbuk sendiri karena keragaman genetik yang dihasilkan sangat sempit, antara 0-1%. Untuk mendapatkan mutan yang tahan terhadap kekeringan dapat dilakukan seleksi pada kalus yang telah diberi perlakuan mutagen baik fisik maupun kimia kemudian diseleksi menggunakan larutan Poly Ethilen Glicol (6000) konsentrasi 10-20%, seleksi dilakukan selama 3-5 minggu. Selanjutnya kalus yang masih tetap viabel diregenerasikan menjadi tunas. Untuk menguji adanya keragaman genetik pada populasi hasil seleksi maka dilakukan seleksi di rumah kaca. Pada tanaman padi, teknik yang dapat digunakan untuk seleksi tanaman yang tahan kekeringan adalah menggunakan teknik uji daya tembus akar. Yaitu menggunakan lapisan lilin (campuran parafin dan vaslin dengan perbandingan 60:40 , setara dengan 1,4 Mpa) yang diletakkan di dasar botol aqua . Maka hanya tanaman yang tahan terhadap kekeringan yang dapat menembus lapisan tersebut. Untuk selanjutnya tanaman tersebut dapat diuji menggunakan uji kapasitas lapang sebelum diuji di lapang

Rabu, 18 Februari 2009

PENYIMPANAN BIAKAN

Tujuan penyimpanan biakan secara in vitro antara lain (1) biakan dapat digunakan sewaktu-waktu diperlukan, (2) terhindar dari bencana kekeringan atau banjir serta serangan hama dan penyakit. (3) menghemat tempat karena dalam satu rak kultur dapat disimpan berbagai macam jenis tanaman. Penyimpanan biakan secara in vitro pada tanaman yang sudah langka sangat diperlukan. Beberapa cara dapat digunakan antara lain menggunakan media yang miskin yaitu dengan mengencerkan garam makronya menjadi setengah atau seperempatnya atau menggunakan media dasar yang miskin hara seperti Knudson atau Knop Heller, yang sering digunakan adalah menggunakan zat penghambat tumbuh tujuannya agar pembelahan sel tetap berlangsung tetapi sangat lambat pertumbuhannya sehingga dapat menghemat media serta tidak harus sering-sering disubkultur. Penyimpanan dengan cara ini disebut dengan penyimpanan pertumbuhan minimal. Zat penghambat tumbuh yang dapat digunakan antara lain paclobutrazol, ancynmidol, cycoccel, sorbitol dan manitol. Pada tanaman pule pandak, purwoceng, bidara upas, kunyit putih, pulasari dll, telah diketahui jenis dan konsentrasi zat penghambat tumbuh yang efektif untuk penyimpanan biakan tersebut.

Selasa, 17 Februari 2009

KULTUR JARINGAN TANAMAN ABAKA


Abaka (Musa textilis Nee.) merupakan tanaman penghasil serat yang banyak digunakan dalam industri kertas bermutu tinggi, kertas untuk pembuatan uang, pembuatan pempers dan tali kalpal. Dengan teknik kultur jaringan dari satu mata tunas dapat digandakan menjadi 10-20 tunas dalam waktu kurang lebih tiga bulan, sehingga bibit yang dihasilkan akan lebih banyak dibandingkan dengan pembiakan secara konvensional. Media untuk multiplikasi tunas adalah MS + BA 1-3 mg/l + thidiazuron 0,1-0,2 mg/l. Untuk perakarannya menggunakan media MS + IBA 1 mg/l.. Keuntungan menggunakan bibit asal kultur jaringan antara lain lebih seragam dan kualitasnya lebih baik karena diperbanyak dari tanaman yang berkualitas baik.

Senin, 16 Februari 2009

NILAM KADAR MINYAK TINGGI

Nilam (Pogostemon cablint) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang potensial dikembangkan karena 90% kebutuhan untuk industri parfum masih diimpor dari Indonesia. Jenis yang dikembangkan saat ini adalah Tapak Tuan dari daerah Aceh, jenis tersebut mempunyai kandungan minyak serta produksi ternanya paling tinggi. Bibit asal kultur jaringan telah dikembangkan secara luas, melalui kultur in vitro dikombinasikan dengan induksi mutasi pada kalus menggunakan sinar gamma telah dihasilkan tanaman yang meningkat kandungan minyak atsirinya. Untuk mendapatkan genotype yang tahan terhadap kekeringan, kalus yang telah diiradiasi di seleksi secara in vitro menggunakan media MS ditambah PEG (Polyetilen glycol) 15-20%. Genotipe hasil seleksi in vitro tersebut pada uji kekeringan di rumah kaca menunjukkan korelasi positif. Regenerasi tunas nilam sangat mudah karena factor multiplikasinya sangat tinggi, menggunakan media MS tanpa zat pengatur tumbuh dapat menghasilkan 20-30 tunas/eksplan, 2 minggu setelah dilakukan subkultur, tinggi tunas sudah mencapai 5 cm. Selain factor multiplikasi yang tinggi maka akar yang dapat terbentuk pada media untuk pertunasan. Aklimatisasi plantletnya tidak sulit, yaitu menggunakan media tanah dicampur pupuk kandang dengan menyungkup menggunakan gelas aqua selama 2 minggu. Setelah 1 bulan di rumah kaca bibit dapat dipindah ke lapang.