Senin, 02 Maret 2009

SELEKSI IN VITRO UNTUK KETAHANAN PENYAKIT LAYU

Pisang (Musa paradisiaca L.) adalah tanaman buah yang cukup tinggi kebutuhannya karena kandungan vitamin dan gizinya yang tinggi. Salah satu masalah dalam pengembangan tanaman ini adalah penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum Schlect f.sp.cubense. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satu cara yang dapat dilakukan adalah penggunaan varietas yang tahan dan bermutu tinggi. Salah satu cara perbaikan tanaman untuk ketahanan terhadap layu bakteri adalah menggunakan teknik seleksi in vitro yang dikombinasikan dengan keragaman somaklonal.Variasi genetik yang didapatkan melalui kultur in vitro meliputi karakter agronomi seperti tahan penyakit dan tahan kekeringan juga tahan pada lahan masam. Metoda seleksi in vitro merupakan salah satu cara yang efektif karena perlakuan lebih dapat diarahkan kepada sifat yang diinginkan.Penelitian yang telah dilakukan untuk mendapatkan tanaman pisang ambon yang tahan penyakit layu bakter adalah induksi mutasi menggunakan iradiasi sinar gamma dengan dosis 1000 rad dari eksplan kalus atau mata tunas ukuran 0,5 cm, kemudian di seleksi menggunakan asam fusarat 30 dan 45 ppm selama 4 minggu. Biakan yang tetap hidup pada media seleksi tersebut kemudian diseleksi ulang pada media seleksi yang sama. Biakan yang tetap hidup pada dua kali seleksi selanjutnya di aklimatisasi dan diinokulasi menggunakan 10 g spora Fusarium oxysporum/10 kg tanah steril. Beberapa genotipe yang tetap hidup setelah diinokulasi tersebut dapat tumbuh baik di lahan edemik penyakit layu dan dapat menghasilkan buah.

PERBANYAKAN PULE PANDAK

Kultur jaringan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan bibit tanaman. Kelebihan dari metoda ini adalah bibit tersedia sepanjang waktu, faktor lingkungan tumbuh dapat diatur dan dikendalikan, tidak memerlukan area penanaman yang luas, serta bibit yang dihasilkan seragam. Rauwolfia serpentina (pule pandak) merupakan tanaman obat, akarnya mengandung bahan obat dari golongan alkaloid indol monoterpenoid seperti reserpin, ajmalisin dan serpentin yang dapat digunakan sebagai obat antihipertensi.
Perbanyakan vegetatif melalui kultur jaringan dari eksplan mata tunas telah berhasil dilakukan menggunakan media MS + BA 0,1 mg/l. Sedangkan menggunakan eksplan kalus memerlukan komposisi media yang berbeda. Induksi kalus dari eksplan daun dapat dilakukan menggunakan media MS + 2,4D 1 mg/l yang diperkaya dengan Casein hidrolisat 3 g/l. Regenerasi tunas dari eksplan kalus dapat dihasilkan menggunakan media MS + BA1 mg/l. Zat pengatur tumbuh BA merupakan yang banyak digunakan untuk induksi multiplikasi tunas. Dengan menambahkan zeatin pada media yang sudah mengandung BA menghasilkan tunas lebih banyak.