Sabtu, 16 Januari 2010

Perbaikan genetik artemisia annua


PERBAIKAN GENETIK TANAMAN ARTEMISIA (Artemisia annua. L) MELALUI MUTASI DAN KERAGAMAN SOMAKLONAL

Artemisia annua L. merupakan tanaman perdu semusin termasuk suku Asteraceae Tumbuhan ini berasal dari China oleh penduduk China telah lama digunakan sebagai obat malaria. Bahan aktifnya disebut artemisinin, artemisinin terbukti dapat menghambat perkembangan Plasmodium sp, penyebab penyakit malaria. Sesuai dengan rekomendasi dari WHO, saat ini Departemen Kesehatan sedang mengembangkan tanaman ini sebagai pengganti obat malaria klorokuin yang selama ini digunakan karena ditemukan adanya berbagai kasus resistensi. Pengembangan tanaman artemisia di Indonesia mengalami kendala karena belum ada tanaman yang kandungan artemisininnya diatas 0,5 %, sehingga tidak ekonomis pagi pengusaha yang akan mengembangkannya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO Tawangmangu), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan PT Kimia farma bekerjasama untuk mendapatkan klon-klon unggul tanaman tersebut melalui persilangan, seleksi dan adaptasi lingkungan.
Untuk mendapatkan tanaman dengan kandungan artemisinin tinggi dapat dilakukan melalui teknik keragaman somaklonal dan mutasi menggunakan iradiasi sinar gamma. Pada LD 50 maka dosis iradiasi yang diberikan hanya akan merubah gen tertentu yang diinginkan dengan tidak merubah karakter unggul yang sudah ada. Iradiasi dengan dosis sampai 50 Gy pada mata tunas telah menghasilkan genotipe baru yang menghasilkan artemisinin ≥ 1 %. Dengan didapatkan genotipe baru yang mampu menghasilkan artemisinin tinggi tersebut terbukti bahwa iradiasi yang diberikan menghasilkan perubahan gen, selain peningkatan kandungan artemisinin juga menghasilkan tanaman yang lebih lambat berbunga sehingga otomatis biomasa tanaman menjadi meningkat dengan demikian produksi artemisinin juga menjadi lebih banyak.
Perubahan gen yang ditimbulkan oleh pengaruh iradiasi perlu diuji stabilitas genetiknya melalui seleksi dan evaluasi sampai generasi ke 8. Apabila sampai generasi ke-8 genotipe unggul yang diperoleh tersebut tetap stabil maka dapat dilakukan uji multilokasi dan selanjutnya dapat dilepas sebagai varietas baru. Dengan diperolehnya varietas baru maka masalah penyakit malaria di Indonesia diharapkan dapat diatasi

Tidak ada komentar: